Ilmu Populer banyak yang membaca

Rabu, 12 November 2014

MENGINGAT JEJAK- JEJAK SEJARAH GERABAH DI BESUK

Oleh: Saifur Rizal. S.Hum


Gerabah Ragiel Ababil. merupakan generasi ke 5 dari seni kerajinan Tanah di Besuk, menurut sesepuh yang saat ini masih ada ada yang  sudah berumur 70 dan 90 tahun, berkata gerabah ini sudah ada eyot-eyotnya 1oo tahun yang lalu bahkan bisa dikatakan lebih, karena menurut eyot-eyot, embah-embah dan nenek-nenknya seni ini dulu diajari oleh Manusia dari Madura membabat tanah di Besuk, sehingga besuk Kidul merupakan Pusat Kota dari 17 Desa di kecamatan Besuk. dulunya hanyalah Besuk lalu terjadi sengketa kepemimpinan lalu pecah jadi dua desa, Desa Besuk Kidul dan Desa Besuk Agung, sehigga terkenallah nama Bujuk ( kuburan ) manusia sakti/ wali yang dalam sejarah pembabatan tanah di besuk ada 3 ulama dan terkenal kuburannya. nama nama 1.Bujuk Mambet, 2 Bujuk so'onan, 3.bujuk embah Gesan.dan di tahun 2014 ini penduduknya 3225 penduduk.
awal mula terciptaknya kerajinan gerabah ( Penai ) dilarenakan kebutuhan alat-alat masak yang sangat sulit saat itu, tidak adanya hasil ekonomi yang nyata untuk mensejahterakan masyarakat saat itu, sehingga dilatihlah para masyarakat tentang gerabah sambil belajar agama.
yang dibuat dan diproduksi waktu itu adalah Sobbluk ( tempat masak nasi ), kattah ( tempat masak kuwah ), cobek ( tempat ulek rempah dan terasi ), sanggaran ( sangrai kopi,  kukus ikan dan kue apen Serabih , Kendi minum, Kelmuk ( tempat penyimpanan air minum, air mandi dan wuduk ). kattah (tempat sayur dan nasi yang sudah mateng ),parampen ( tempat bakar kemenyan ), tungku dll. dan terus merambah ke Desa tetangga dengan melewat talian pernikahan antara desa lalu membuat kerajinan juga dimana wanita-lelaki itu menikah, sehingga terbentuklah kerjinan didesa Alaskandang dan Alassumur, yang saat ini masih eksis dan terus berjalan.
perjalanan panjang pada akhirnya di tahun 1995  bertemulah dengan produk alat dapur modern, apa lagi setelah Presiden Soharto lengser, semua produk modern dari luar pada masuk kedesa-desa, namun produk kerjinan Besuk masih mampu bersaing, bahkan merabah dan melebar keluar kota Probolinggo, Produk pada masuk ke Lumajang, Jember, Situbondo,bondowoso, banyuanggi, pasuruan, mojokerto, mandura.namun ada produk yang terkuranggi, seperti, sobluk, oven kue dan kendi mulai tidak diminati dan produk selain itu masuh terus mengalir dan dipesan dengan jumlah banyak. tapi sayang seribu sayang hasil kerja kerajinan gerbah itu tidak mampu mensejahterkan mereka karena marketing penjulannya sangat murah , sedang pihak kedua menjualnya sanga mahal. sehingga pihak kedua ( pengulak ) yang dari luar kota jadi kaya raya dan hajji ke mekah, sedang pengrajin sendiri semakin hari semikin kesulitan karena tambahnya kebutuhan keluarga, apa lagi anak-anaknya pada sudah sekolah. di tambah masuknya para rentener dan bank rentener ( koperasi harian ), yang bungannya sangat besar. sehingga hasil kerja mereka langsung dinikmati oleh para rentener. tahun 2006 muncullah di desa besuk Kidul pabrik rokok jiduran yang akhirnya para gadis-gadis dan ibu-ibu muda lari jadi karyawan rokok tersebut karena penghasilannya menjanjikan dan bisa mensejahterakan mereka, sehingga generasi pengrajin gerbah mulai terus berkurang dan tinggal yang tua-tua. umur 45 sampai 70 tahu.
Di tahun 2004/2005 kami mencoba berfikir dan berbuat dan merubah pengrajin Gerabah ini lebih bagus dan lebih cepat terangkat nilai ekonominya, tapi dengan apa dan bagaimana caranya??!!.membuat kami bingung, terus jadi guru atau ... maka tahun 2007 terbentuklah sebuah perkumpulan pemuda dari akademisi, yang terus mendiskusi tanpa kenal lelah disela-sela senggang selesai mengajar disekolah-sekolah, akhirnya bulan april 2007 dua pemuda berasil memenagkan pemilihan untuk menjadi BPD ( badan perwakilan Desa ), dan september 2007 mereka membawa 10 ibu-ibu ke jogja di kasongan Bantul.disanalah mencoba menempak ilmu, dengan haapan agar nantinya tidak hanya bisa membuat alat-alat dapur saja tapi juga mampu membuat seni guci, vas dan bermacam aksoseris rumah dan lain sebagainya. sejak tahun ini mencoba satu pemuda berusaha fokus untuk melestarikan gerabah ini mencoba untuk mengangkat nilai ekonominya semaikin bagus, belajar dari segala macam kegagalan dan bermacam kesalahan-kesalahan dalam mempelajari.
comohan, hinaan, makian dan perlakuan yang tidak menyenagkan yang dilakukan oleh-oleh pengrajin sendiri terus banter, berburuk sangka dan lain sebaginya yang menyakitkan dan tidak menyenagkan terus dilayangkan oleh para pengrajin, semua ini disebabkan oleh beberap faktor diantaranya adanya oknum pemerintah yang mengada-ngada dan bercerita apa yang tidak benar, memprovokatori dan memanfaatkan keterbelakangan sumberdaya pengrajin yang notabenya tidak bisa baca dan menulis, juga seringnya dikecewakan oleh mereka juga oleh beberapa oknum Media dan aparat Desa dan pemerintah. sehingga sempat pemuda-pemuda ini terutama motor pengeraknya putus asa atas nilai perjuangannya, ditambah lagi adanya orang yang iri dan dengki yang selalu membuat cerita palsu, namun setelah belajar pada Rasulullah, para sahabat, para wali songo pemuda sadar apa yang diperjuangkan terlalu sangat kecil dan kurang tantangannya, akhirnya 2010 rabu 11 maret mencoba lagi mempelajari kadar tanah agar mampu bisa dibuat guci dan pot besar dengan mengunakan alat putar buatan sendiri, dan alhamdulillah berasil membuat 37 pot dan 11 guci dan dengan kebahagian yang sangat, ditambah dengan kebanggan ( S.Rizal, Zaini dan Embak marfuah ) membeli kayu untuk membakar dan hasilnya separuh dari guci dan pot meledak berbunyi percon/bom. dari kejadian ini di temukan kalau tanah dicampur minyak tanah sangat kuat dan cepat kering tapi ada efeknya bila kadar minyak tanahnya banyak akan terjadi ledakan.
Dari pot tersebut dibeli dan diborong oleh orang katompen pajarakan dan kami punya modal untuk berbuat lebih baik lagi, dengan terus memaksa Agustus 2010 berasil banyak buat model guci ada 61 guci bermacam tipe, lalu menyewa tukang lukis,  dan ikut lomba Desa, pada akhirnya September 2010 dikunjungi oleh Bupati H. Hasan Aminuddin.M.Si, malam itu langsung bertemu dengan para ibu-ibu sepuh, ngonrol-ngobrol dan Bupati berjanji akan memberikan sorum di dekat alun-alun juga akan memberikan pinjaman lunak..... !!!.
2011 kami bertekat berjuang untuk Allah, untuk masyarakat islam terutama untuk tetangga disekitar yang sangat butuh akan bantuan orang-orang yang bisa berfikir maju tidak kenal alasan, saya harus dibanggakan Allah dan rasulullah, kami menjual komputer untuk berangkat belajar cara ngecat kemalang, al hamdulillah disana disambut dengan baik 3 hari disana belajar ngecat dan lukis dari bahan-bahan cat yang sangat murah tapi berkualitas tinggi, sehingga nilai ekonominya nanti akan lebih tinggi. pulang dari malang mengajari 3 panaan 2 saudara perempuan untuk ngecat dan mencetak celengan. Juni 2011 kami jatuh bangun dikarenakan sumber dana kehabisan barang-barang untuk dijual sebagi biaya dan modal, lalu kumpul dengan teman-teman mahasiswa minta ide dan saran, lalu ada teman HMI Nj menyarankan akan di potret dan akan di ajukan ke Kahmi Pusat untuk mendapatkan bantuan tapi ditungu juga tidak ada kabar kejelasannya, setelah romadhan 2011 mencaba ikut Pameran di Ultah IPMOMI/PJB Paiton, 70% Produk habis dan akhir dari pameran kita dapat pesanan dari pengusaha banyuanggi dan kami belum sanggup mengarap permintaannya, kami datang ke Teman di Situbondo untuk tanya dan belajar di kerajinan Kerang dan Batok Kelapa, juga agar bisa menjualkan Guci-guci kami bisa masuk juga ke Bali.kami hanya dapat Ide dan Saran, lalu kami terpaksa menjual HP Nokia 315 dan mengambil borongan nyablon Bungkus Rokok selama 2 hari hingga larut malam demi untuk membeli master Souvenir dan celengan di Malang. lalu di akhir 2011 kami konsultasi ke diperindag Kab Probolinggo.karena seringnya dan intenya kami berkonsultasi lalu kami dilatih oleh DEKRANASDA pada tahun 2o12 dan di buka oleh Ibu Tantriana Hasan Aminudin. selama 3 hari, setelah ini kami punya semangat baru  tapi modal kemi kesulitan.
 kami terus berusaha menjual apa saja yang kami punya untuk bisa membeli bahan-bahan dan alat-alat yang butuhkan begitu banyak tantangan dan hadangan dari keluarga dan teman-teman, dan hasil ini bisa kami petik buahnya setelah lomba UKM/IKM kabupaten probolinggo di Pajarakan dan kami meraih juara 1, juara ini tidaklah ada gunanya bila belum mampu merubah ekonomi dan penghasilan pada para ibu-ibu pengrajin, kami terus berfikir dan berbuat agar cepat mampu merubahnya dari angka 15% menjadi 99%. kami terus mengadakan diskusi dengan teman-teman mahasiswa, serjana dan para tokoh yang berjiwa sosial dan dakwah, keputusan akhirnya harus meninggalkan semua kegiatan dan fokus pada gerabah yang di tekuni oleh ibu-ibu yang sudah berumur lanjud yang seharusnya saudh pada istirahat. dari ini kami semua kegiatan usaha seperti jamur, tiram, sablon dan percetakan kami serahkan untuk dikelola oleh Peasntran yang ada disamping rumah saya agar menjadi kekayaan mandiri Pesantren Bahrul Ulum. juga semua kegiatan ngajar mengajar kami pindah malam hari.
ditahun 2013-2014 kami mulai menemukan terang, dengan mebuat dan menemukan pasar, kami dengan mencoba membuat dan mempelajari agar mempercepat produksi dari 1 hari hanya dapat 15/20 buah dan belum masih bisa finising dan masih menunggu 2 atau 3 hari baru bisa finising, maka  kami nemukan alat cetak pelet dan cetak tekan dengan kapasitas serba bisa dan 1 hari bisa 50 buah dengan bisa langsung finising. namun ami keulitan alat pngaduk dan pengilas tanah dan pengangkut barang-barang seperti gerobak motor atau pic up. tekad kami 2015 tahun depan ini agar mampu merubah ekonomi mereka semua dengan bertahap dan bisa mengambilakan para pengrajin yang beralih profesi. dengan cara meningkatkan nilai ekonimi lebih besar dan lebih nayaman.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar